√ Penyegaran Metodologi Guru Qiroati
Kegiatan Penyegaran Metodologi Guru Qiroati Sebagai Sarana Peningkatan Mutu dan Kualitas Lembaga TPQ
Kabarmadrasah.com - Kudus (21/12), Akhir tahun 2019 guru yang masih swasta khususnya guru madrasah dan TPQ, disibukkan dengan pemberkasan manajemen yang mencakup dokumen pribadi serta surat-surat penunjang lainnya sebagai persyaratan penerimaan dana dukungan kesejahteraan rakyat (kesra) Bupati terpilih periode 2019-2023; Ir. H. Muhammad Tamzil,MT.
Sebuah hal yang nyata, bahwa forum pendidikan keagamaan merupakan pondasi bagi kehidupan siswa yang mencakup pengetahuan agama, penerapan nilai-nilai ahlak, keimanan dan ketakwaan (IMTAQ), dasar mengenal karakter dan membaca kitab suci Al-qur’an, peribadatan, muamalah, fikih, akidah, dan lainnya.
Sebagaimana dalam rapat yang menghadirkan Badko TPQ (Badan Koordinasi TPQ) dari tiap kecamatan serta kepala TPQ se-kabupaten pada tanggal 05 Desember 2019 di hotel @Home; Kudus, yang mendatangkan narasumber dari Badko TPQ Provinsi Jawa Tengah; Drs. H. Shihabuddin, MM. menekankan perihal kualitas, fungsi, dan kriteria ideal seorang pengajar TPQ. Beliau juga menitikberatkan keharusan dalam penyempurnaan manajemen serta tata kelola sebuah forum TPQ menuju terwujudnya generasi qur’ani, menyongsong masa depan gemilang. Kaitannya dengan visi dan misi Badko tersebut, senada dengan gagasan qiroati sebagai salah satu metode yang dipakai banyak TPQ, khususnya di Kudus.
Upaya peningkatan kualitas guru di bawah naungan qiroati sesuai ketentuan qiroati sentra sebagai pondasi terciptanya mutu pembelajaran
Metode Qiroati; dalam pengertiannya yaitu suatu metode mencar ilmu membaca Al-qur’an yang secara eksklusif (tanpa dieja) dan memakai atau menerapkan adaptasi membaca tartil sesuai dengan kaidah tajwid (KH. Dahlan Salim Zarkasiy, 1989). Buku atau jilid yang dipakai tidak dijual bebas di pasaran, melainkan eksklusif dari qiroati sentra yang terletak di Pondok Pesantren Raudhotul Mujawwidin, Semarang. Alur pembeliannya pun dari sentra oleh Korcab (koordinator kabupaten), kemudian Korcab ke Korcam (koordinator kecamatan), dan selanjutnya dari Korcam ke TPQ masing-masing tempat.
Dari segi kompetensi para pengajar, para calon guru TPQ metode qiroati harus melalui training lewat Koordinator Kecamatan, dibekali fashohah, tartil, tajwid, gharib serta musykilat dalam Al-qur’an, usai dari Korcam menyatakan calon guru lulus pra-tashih, selanjutnya pentashihan dilakukan Amanah Koordinator Qiroati Cabang, di Kudus. Setelah melalui pentashihan di cabang, calon guru juga diwajibkan mengikuti metodologi dasar selama tiga hari yang dilaksanakan di TPQ Al-Isyqi Singopadon.
Dalam pelaksanaan metodologi dasar tersebut, para calon guru dibekali dengan tehnik mengajar sesuai kaidah qiroati, klasifikasi visi-misi, sejarah qiroati, serta sasaran waktu pengajaran di tiap jilid. Setelah calon guru melewati proses-proses tersebut, syahadah (ijazah qiroati, red) tidak serta merta bisa turun melainkan calon guru harus menyetorkan bacaan Al-qur’an (minimal hingga selesai surah Al-Baqoroh hingga tuntas) kepada Pra-tashih di tingkat Korcam. Baru sesudah itu syahadah bisa diterimakan oleh guru yang bersangkutan dan dinyatakan layak mengabdikan ilmunya dengan metode qiroati, dengan catatan dalam forum yang resmi di bawah naungan bendera qiroati sesuai amanat KH. Dahlan Salim Zarkasiy.
Tak hanya berhenti di tahap itu, training juga dilakukan tiap sebulan sekali kepada Kepala TPQ yang yang dikoordinasi Korcam di tingkat kecamatan untuk selanjutnya disampaikan pada guru-guru di forum masing-masing. Sedangkan tiap tiga bulan sekali semua guru TPQ dalam naungan koordinator tingkat kabupaten diwajibkan ikut training serta MMQ (Majlis Mudarosah Alqur’an), dengan tujuan menjaga konsistensi dan stabilnya bacaan. Kaitannya dengan pendataan ketidakhadiran MMQ, seiring dengan kemajuan teknologi, kehadiran dibaca dengan sistem bolos barcode dari kartu identitas guru yang terkoneksi scanner. Sanksi dihentikannya selama tiga bulan untuk pelayanan pembelian buku jilid dalam sebuah forum juga dikenakan jikalau ada satu guru yang tidak hadir ‘tanpa keterangan’.
Begitu disiplinnya training pada guru qiroati, sehingga pembiasaan-pembiasaan itu bukan lagi sebagai hal yang berat namun lebih pada kesepakatan semenjak pertama mulai mengabdikan diri pada qiroati. Dan sudah menjadi ketentuan sentra bahwa tiap setahun sekali Korcam harus mengadakan penyegaran metodologi di daerahnya masing-masing untuk memastikan konsistensi bacaan serta kualitas guru dalam mengajar.
Sekilas perihal kegiatan penyegaran metodologi di TPQ Darussurur, Kalirejo, Undaan
Rabu hingga Kamis tanggal 19 dan 20 Desember 2019 ini, bertempat di TPQ Darussurur, Kalirejo, sebanyak 160 guru dari 11 TPQ se-kecamatan dikumpulkan dalam empat gelombang untuk disegarkan kembali terkait metodologi pengajaran. Dibuka oleh Amanah Pra-tashih Korcam Bapak K. Chabib Ali Musta’in, sebagai pemateri, dilanjut Ustadz Ahmad Haris, S.Th.I, S.Pd. I. yang membuka sesi tanya jawab mengenai adanya hambatan apa saja yang dihadapi guru dikala mengajar, untuk kemudian ditemukan solusi tanpa keluar dari ketentuan qiroati pusat. Dan yang berkompetensi menjawab sesuai tupoksinya ialah Ustadz Masiban selaku Amanah Metodologi.
Tanya jawab juga mengenai pengisian Kartu Pribadi Santri (KPS) yang dijabarkan oleh Ustadz Mahalli. Beliau memaparkan dari KPS dan buku prestasi tersebut perjalanan/proses mencar ilmu santri tiap harinya akan terpantau, dari KPS juga bisa menjawab sudahkah guru melakukan sasaran rentang waktu dari jilid perjilid? Bukan sebagai penekanan, namun melihat sebagai satu keharusan semoga pembelajaran maksimal, dan gurupun tidak terlena atau bersantai ria dalam mempertanggungjawabkan tugasnya pada wali santri. Dengan catatan, sasaran ini juga melihat dari tingkat IQ masing-masing santri yang tidak bisa disamaratakan. Begitu juga mengenai sasaran bisa saja ada anak yang menuntaskan sebuah jilid dihitung dalam jumlah hari sangat singkat sekali dari sasaran hari yang ditentukan. Hal tersebut bisa sebab faktor kerjasama yang berkesinambungan antara TPQ dan TK/PAUD di instansi pagi yang menerapkan metode qiroati pula, contohnya jikalau di TK/PAUD anak pada halaman pertama dan lancar, sorenya di TPQ melangkah naik halaman dua. Hal tersebut selaras dengan slogan ‘mencetak lulusan TPQ sedini mungkin’, untuk kemudian anak lulus dengan usia (maksimal kelas dua di tingkat MI/SD) sanggup mengikuti aktivitas tahfidz dengan metode yang sama, sebab dalam qiroati sendiri telah mempunyai Program Tahfidz Pasca TPQ (PTPT).
Baca Juga Artikel lainnya :
Penempaan calon lulusan TPQ melalui proses yang berjenjang
Santri qiroati tahap selesai (finishing) sebelum dinyatakan lulus dan diberi ijazah juga harus melalui pra-IMTAS (Pra Imtihan Akhir Santri) secara berkala, yang dimulai dari pra-IMTAS forum di TPQ masing-masing, jikalau layak, kemudian berhak ikut pra-IMTAS di Korcam (kecamatan), di tahap ini juga dioptimalkan pengujiannya sesuai standar pengujian di jenjang IMTAS tingkat Korcab (Kabupaten). Peserta IMTAS ini selain diuji bahan fashohah, tartil, serta tajwid dalam membaca Al-qur’an, juga diuji dalam Materi Penunjang (do’a harian dan surah pendek pada juz Amma) serta praktek wudhu dan sholat.
Komitmen awal sebuah pengabdian
Qiroati dengan banyak sekali elemen di dalamnya, sebelum adanya penghargaan secara materiil dari Bupati terpilih ini, telah jauh hari berkomitmen atas kualitas sumber daya guru dengan standar yang diperlukan semoga santri lulusan TPQ bisa mambaca Al-qur’an dengan tartil, yaitu dengan diterapkannya kedisiplinan serta training yang terstruktur dan berkelanjutan menyerupai paparan di atas. Semoga ada atau tidaknya aktivitas ini, para guru TPQ tetap diistiqomahkan dalam mengabdikan ilmunya. Jangan hingga niat lillah (karena Allah) yang telah usang ada berbelok motivasi bahan keduniaan semata. Jika memang aktivitas tersebut benar-benar berjalan, semoga ini merupakan kesepakatan mulia dari para pemangku jabatan dalam hal sumbangsihnya memajukan generasi qur’ani, dan islami, dimulai dari forum pendidikan keagamaan. Namun, memajukan generasi agamis bukan semata dibebankan pada forum pendidikan saja, hendaknya masyarakat dari lingkup terkecil (keluarga) juga ikut berkomitmen dalam niat tersebut. Adanya kesepakatan dari banyak sekali pihak secara berkesinambungan inilah yang fundamental dalam tujuan Kudus Religius.
Demikian sedikit ulasan mengenai qiroati, tanpa mengabai metode lain yang juga sama visi kaitannya pengajaran baca Al-qur’an. Tak sanggup kita pungkiri bahwa banyak metode selain qiroati yang kita ketahui di Kudus juga sangat berkontribusi besar dalam menghapus buta Al-qur’an pada anak. Sebuah kalimat penutup, bahwa dalam beberapa jalan ada rute yang berbeda, namun pada dasarnya garis finish sama. Niat sama tersebut tertuang dalam petikan hadis Khoirukum man ta’allamal qur’aana wa ‘allamahu, sebaik-baiknya di antara kalian ialah yang mempelajari Al-qur’an serta mengamalkannya.
(Redaksi_Yani)
Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.
Jangan lupa baca artikel : Workshop manajemen TPQ Kab. Kudus Untuk melihat lebih jauh perihal semua postingan blog ini,, silakan kunjungi [ Daftar Isi ]
Semoga bermanfaat dan jangan lupa klik tombol like dan Share Terima Kasih
0 Response to "√ Penyegaran Metodologi Guru Qiroati"
Post a Comment