√ Mawaqi’Ul Ulum, Filosofi Bela Diri Yang Berbuah Prestasi
Kudus, Kabarmadrasah.com - Geliat seni beladiri pencaksilat pagarnusa bergema di sebuah madrasah yang terletak di desa Medini, kecamatan Undaan, kabupaten Kudus. Adalah Ananda Fissilmi Kaffa, siswi MI NU Mawaqi’ul Ulum; madrasah dalam naungan Yayasan Ittihadul Ummah pimpinan H. Achmadi, S.Ag., M.Pd. gres saja memboyong piala emas dalam cabang pencaksilat putri di kejuaraan Porsema (Pekan Olah Raga dan Seni Ma’arif) tahun 2019 di kabupaten Kudus bulan Maret ini, sebelumnya siswi yang duduk di kelas IV ini juga memboyong piala emas dalam kejuaraan POPDA tahun 2019.
Mengutip motto dari pelatihnya, Muhammad Irwanto, menyampaikan bahwa pagarnusa merupakan sarana memasyarakatkan seni dan budaya, serta mempertahankan pedoman Ahlussunnah wal Jama’ah. Untuk itu, cowok yang telah setahun ditunjuk oleh Bapak Malichan, S.Pd.I (kepala MI NU Mawaqi’ul Ulum) sebagai instruktur ini benar-benar bertekad mengerahkan kemampuannya untuk mengajarkan jurus-jurusnya sebagai wujud dedikasi memasyarakatkan seni Pagarnusa.
Tentunya upaya yang dilakukan Bapak Malichan, S.Pd.I ini bisa jadi percontohan MI lain di kecamatan Undaan untuk memasukkan ekstrakulikuler pagarnusa dalam acara di madrasah, mengingat hanya sekitar tiga hingga empat saja madrasah di kecamatan Undaan yang mengirimkan kontingen pagarnusa di Porsema tingkat kecamatan, sebelum melaju ke tingkat kabupaten.
Baca Juga Artikel lainnya :
Sebenarnya dalam pencak silat, kita bisa mempelajari sebuah filosofi, bahwa mengalahkan lawan tidak harus dengan pertarungan. Jika sebuah konflik bisa diselesaikan dengan jalan berdiskusi dan saling memahami, maka mengapa konflik harus diakhiri dengan saling menyerang, saling melemahkan dan menjatuhkan. Maka dari itu mengapa gerakan silat lebih ibarat tarian yang indah daripada ibarat sebuah jurus yang mematikan. Kunci dari ilmu silat pada hakikatnya ialah memanusiakan manusia, menuhankan Tuhan, dan menghormati alam. Jadi, dalam menghadapi konflik, penguasaan diri jauh lebih penting daripada penguasaan teknis. Mengontrol emosi diri sendiri dan emosi lawan, akan menciptakan konflik sanggup diakhiri dengan gampang dan indah.
Dewan guru MI NU Mawaqi'ul Ulum Medini Undaan Kudus |
Sebuah filosofi wacana ilmu padi, atau yang kita maknai sebagai ketawadhu’an juga tersimpul dari khat ‘La ghaliba illa billah’, tertera pada lambang pencaksilat pagarnusa mengajak kita untuk merefleksi pada konotasi lafal tersebut. Senada ‘La haula wala quwwata illa billah’, lafadz tersebut sangat pas untuk ikon bela diri. Supaya tidak takabur, supaya tetap merunduk dan tawadhu’, dengan slogan itu, pahlawan tidak terlalu overdosis tujuan kemenangan. Bahwa di atas langit ada langit, meskipun seseorang sakti, tapi dihentikan merasa sakti. Termasuk kepada musuh kita. Meskipun beliau telihat sakti, tapi saat tidak diridoi Allah, beliau tidak akan berarti apa-apa. Dan satu hal yang harus tertanam dihati, bahwa 'musuh jangan dicari, tapi saat ada musuh janganlah lari'. Satu hal yang sinkron dengan perwujudan kecintaan pada NKRI jikalau sewaktu-waktu kemampuan beladiri diperlukan sebagai garda untuk membantu membentengi musuh. Musuh berujud nampak, atau musuh berbentuk ideologi, sedangkan pahlawan silat telah sebelumnya dilatih dan ditempa mawas serta mengendalikan hati juga emosi. (Redaksi;Yani)
Terima kasih telah membaca artikel ini, Semoga bermanfaat.
Jangan lupa baca artikel : KH. Ulil Albab Arwani pimpin Bimbingan Muqri' Yanbu'a Anda juga sanggup mengunjungi blog kami yang lain :
1. Yani di akarrantingdaun.blogspot.com
2. Suparno di suparno.web.id
Untuk melihat lebih jauh wacana semua postingan blog ini,, silakan kunjungi [ Daftar Isi ]
Semoga bermanfaat dan jangan lupa klik tombol like dan Share Terima Kasih
0 Response to "√ Mawaqi’Ul Ulum, Filosofi Bela Diri Yang Berbuah Prestasi"
Post a Comment